Murahnya Harga Sebuah 'Suara'
Membaca berita yang ada di detiksport.com tentang pro-kontra Nurdin Halid, saya merasa sedih. Sedih karena begitu buruknya moral orang-orang yang ada pada posisi yang penting di Indonesia. Merasa tidak bersalah dan sangat-sangat arogan. Benar-benar tidak punya malu.
Mau jadi apa sepakbola Indonesia jika yang mengurusi orang-orang yang mengaku beragama dan beradab, tetapi tidak takut dosa dan tidak takut kepada Tuhan. 
Sedih karena sekarang saya tahu bahwa ternyata banyak 'suara' orang Indonesia yang dijual murah.
Hanya dengan Rp 40.000,00-Rp 50.000,00 saja kita sudah bisa membelinya. Bagaimana tidak? Apakah saya berbohong? Coba baca berita berjudul "Pendemo Pro PSSI: Saya Sebenarnya Ingin Nurdin Diganti". Mereka mengaku ikut demo karena dibayar, dan mereka mau melakukannya walau dengan harga yang sangat-sangat murah. Bahkan, lebih parahnya lagi, mereka tidak tahu menahu tentang duduk persoalannya. Mengerikan bukan? 
Susahnya mencari uang memang menjadi faktor yang utama. Namun, yang saya lihat justru bukan itu. Mental bangsa ini sudah benar-benar bobrok. Tidak hanya para pejabat, wabah ini sudah meluas ke semua lapisan masyarakat. Uang yang menjadi tujuan hidup, dan bukan kebenaran, harga diri, suara dan idealisme. Asal ada uang, apapun mau dilakukan.
Tidak peduli itu benar atau salah.
Mau jadi apa bangsa ini ke depan? Kalau bukan saya dan Anda yang memikirkannya, membangun dan memajukannya, siapa lagi?
Sedih karena sekarang saya tahu bahwa ternyata banyak 'suara' orang Indonesia yang dijual murah.
Susahnya mencari uang memang menjadi faktor yang utama. Namun, yang saya lihat justru bukan itu. Mental bangsa ini sudah benar-benar bobrok. Tidak hanya para pejabat, wabah ini sudah meluas ke semua lapisan masyarakat. Uang yang menjadi tujuan hidup, dan bukan kebenaran, harga diri, suara dan idealisme. Asal ada uang, apapun mau dilakukan.
Mau jadi apa bangsa ini ke depan? Kalau bukan saya dan Anda yang memikirkannya, membangun dan memajukannya, siapa lagi?
Komentar
Posting Komentar