Mulailah 'Bersih' dari Diri Kita
Pembicaraan tentang negara ini tidak pernah lepas dari yang namanya KKN: Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Hampir semua kalangan tak henti-hentinya membicarakan topik yang sangat menarik ini. Inilah yang saya temui akhir-akhir ini ketika saya 'berkelana' keliling Jogja. Mulai dari tukang becak, tukang parkir, orang-orang yang sedang asik duduk dan menikmati makanan di angkringan, pelajar, mahasiswa, hingga orang-orang yang notabene adalah pejabat, baik di lingkungan RT, RW, perusahaan maupun instansi-instansi pemerintahan. Namun, dari semuanya itu, saya menarik sebuah pertanyaan dalam diri saya: "Apakah kita, mereka dan saya, orang-orang yang membicarakan tentang KKN itu adalah orang-orang yang benar-benar bersih atau sebenarnya mereka juga melakukannya tetapi belum ketahuan? Atau mungkin kita juga melakukannya tetapi mereka tidak sadar telah melakukannya?" Hanya pribadi kitalah yang dapat menjawabnya. 
Banyak kasus yang saya temui diantara kita. Salah satunya adalah KKN yang dilakukan tukang parkir.
Bicara tentang tukang parkir, kasus yang sering terjadi adalah korupsi uang parkir. Jujur, saya tidak begitu tahu bagaimana mekanisme tentang uang parkir. Tetapi, sebagai orang awam, saya melihat ada banyak kejanggalan. Pertama, jarang sekali saya menemukan tukang parkir yang memberikan tiket parkir atau karcis kepada saya, terutama ketika saya parkir di pinggir jalan (bukan di pusat perbelanjaan, toko, dan yang lainnya). Kedua, bila ada karcisnya, karcis tersebut tidak diserahkan kepada saya tetapi di selipkan di kendaraan saya. Setelah saya selesai dengan urursan saya dan pergi meninggalkan tempat parkir, karcis itu diambil kembali dan diselipkan di kendaraan yang baru saja datang. Ketiga, jika karcis itu diberikan kepada saya, karcis itu diminta kembali oleh tukang parkir tetapi tidak di sobek atau dibuang. Justru karcis itu dipakai lagi untuk orang lain. Keempat, jika pada karcis tertera harga parkir Rp 500,00, tukang parkir tersebut tidak memberi kembalian jika kita memberi uang Rp 1.000,00. Bahkan, banyak yang saya temui seperti ini: tukang parkir meminta uang Rp 1.000,00 dan bukan Rp 500,00 seperti yang tertera pada karcis parkit dengan berbagai alasan. Mengapa ini terjadi?
Saya benar-benar tidak mengerti. Kita sering berhadapan dengan kasus ini, tetapi kita jarang mengambil sikap dengan berbagai macam alasan: mulai dari tidak mau urusan, hingga tidak peduli. Mengapa?
Di satu sisi, saya mendengar bahwa mereka tidak suka dengan korupsi. Secara berapi-api mereka mengungkapkan kekesalan mereka terhadap kasus-kasus korupsi yang terjadi di negara kita. Namun, di sisi lain mereka justru melakukannya.
Apa mungkin ketika mereka melakukan hal-hal yang saya sebutkan di atas tidak disebut korupsi? Atau apakah jika kita melakukan korupsi kecil-kecilan adalah hal yang sah dan tidak melanggar hukum? Atau bagaimana?
Saya akui, saya juga orang yang tidak bersih. Masih banyak dosa yang saya lakukan dalam hal Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Saya masih belajar untuk tidak melakukannya. Namun, tidak ada salahnya bagi saya mengajak setiap orang untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan itu. Saya tahu ini sangat sulit. Tetapi, apakah kita juga ingin sama dengan para pejabat di negeri ini? Kalau tidak mulai dari kita, bagaimana kita bisa mengubah kebiasaan bangsa ini?
Kasus di atas adalah salah satu contoh dari banyak kasus yang terjadi di Indonesia. Bila ada pihak-pihak yang tidak berkenan dengan tulisan saya ini, saya meminta maaf. Saya hanya bermaksud untuk memberikan sebuah realita yang terjadi di masyarakat kita, bukan dengan maksud menyerang pihak tertentu. Saya percaya kalau saya dan Anda, kita semua peduli dengan bangsa ini dan ingin membuat bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi, saya minta maaf. Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Banyak kasus yang saya temui diantara kita. Salah satunya adalah KKN yang dilakukan tukang parkir.
Di satu sisi, saya mendengar bahwa mereka tidak suka dengan korupsi. Secara berapi-api mereka mengungkapkan kekesalan mereka terhadap kasus-kasus korupsi yang terjadi di negara kita. Namun, di sisi lain mereka justru melakukannya.
Saya akui, saya juga orang yang tidak bersih. Masih banyak dosa yang saya lakukan dalam hal Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Saya masih belajar untuk tidak melakukannya. Namun, tidak ada salahnya bagi saya mengajak setiap orang untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan itu. Saya tahu ini sangat sulit. Tetapi, apakah kita juga ingin sama dengan para pejabat di negeri ini? Kalau tidak mulai dari kita, bagaimana kita bisa mengubah kebiasaan bangsa ini?
Kasus di atas adalah salah satu contoh dari banyak kasus yang terjadi di Indonesia. Bila ada pihak-pihak yang tidak berkenan dengan tulisan saya ini, saya meminta maaf. Saya hanya bermaksud untuk memberikan sebuah realita yang terjadi di masyarakat kita, bukan dengan maksud menyerang pihak tertentu. Saya percaya kalau saya dan Anda, kita semua peduli dengan bangsa ini dan ingin membuat bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi, saya minta maaf. Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar