Kenaikan Harga BBM
Akhir-akhir ini berita yang ada di semua media di Indonesia sedang hangat membicarakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebanyakan berita yang disajikan adalah demonstrasi mahasiswa, partai politik, buruh, dan elemen masyarakat yang lain. Semuanya menolak kenaikan harga BBM. Ada yang melakukan demonstransi dengan aksi damai, ada juga yang berakhir ricuh. Di media elektronik, seperti televisi, selain liputan demonstrasi, juga ditampilkan berbagai diskusi tentang kenaikan ini. Di kampus saya sendiri, beberapa mahasiswa juga memutuskan untuk turun ke jalan, menyuarakan aspirasi mereka menolak kenaikan harga BBM. Saya setuju dengan penolakan kenaikan harga BBM, tetapi saya masih belum menemukan alasan yang kuat untuk menolak kenaikan harga BBM ini.
Saya menolak karena alasan pemerintah yang terkesan mengorbankan rakyat tetapi mementingkan pejabat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena naiknya harga minyak dunia yang katanya menyebabkan APBN (atau APBNP?) jebol karena subsidi menjadi berlebihan, pemerintah menyatakan dengan terpaksa harus menaikkan harga BBM per tanggal 1 April 2012. Tetapi, di sisi lain, gaji pejabat pemerintah (termasuk anggota DPR) dan PNS tidak diturunkan sebagai solusi menambah anggaran subsidi BBM. Padahal, seharusnya mereka yang bekerja untuk negara mempunyai mental untuk mementingkan rakyat daripada diri mereka sendiri. Lagipula, menurut saya, pasti ada pos lain dalam APBN yang bisa digunakan untuk menutupi membengkaknya subsidi.
Yang kedua, saya tidak setuju dengan kenaikan harga BBM itu karena saya masih percaya apa yang dikatakan pakar ekonomi kita, Dr. Kwik Kian Gie, tentang pembohongan pemerintah yang beliau paparkan di sini. Perhitungan yang disampaikan sangat logis.
Apabila alasannya bukan karena subsidi, saya yakin masyarakat dapat menerima kenaikan harga ini. Ditambah lagi, ada wujud nyata yang ditunjukkan pemerintah untuk memberikan solusi bagi kenaikan harga ini. Namun, di sisi lain, saya masih merasa ini juga akan cukup menyulitkan.
Kedua alasan di atas memang dapat digunakan untuk menolak kenaikan harga BBM, namun, bagi saya kedua alasan tersebut bukanlah alasan yang kuat. Seharusnya ada yang lebih esensial lagi untuk dapat diperjuangkan, tetapi saya belum menemukan itu. Mungkin Anda memiliki alasan yang kuat untuk menolak kenaikan harga BBM?
Saya menolak karena alasan pemerintah yang terkesan mengorbankan rakyat tetapi mementingkan pejabat dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena naiknya harga minyak dunia yang katanya menyebabkan APBN (atau APBNP?) jebol karena subsidi menjadi berlebihan, pemerintah menyatakan dengan terpaksa harus menaikkan harga BBM per tanggal 1 April 2012. Tetapi, di sisi lain, gaji pejabat pemerintah (termasuk anggota DPR) dan PNS tidak diturunkan sebagai solusi menambah anggaran subsidi BBM. Padahal, seharusnya mereka yang bekerja untuk negara mempunyai mental untuk mementingkan rakyat daripada diri mereka sendiri. Lagipula, menurut saya, pasti ada pos lain dalam APBN yang bisa digunakan untuk menutupi membengkaknya subsidi.
Yang kedua, saya tidak setuju dengan kenaikan harga BBM itu karena saya masih percaya apa yang dikatakan pakar ekonomi kita, Dr. Kwik Kian Gie, tentang pembohongan pemerintah yang beliau paparkan di sini. Perhitungan yang disampaikan sangat logis.
Apabila alasannya bukan karena subsidi, saya yakin masyarakat dapat menerima kenaikan harga ini. Ditambah lagi, ada wujud nyata yang ditunjukkan pemerintah untuk memberikan solusi bagi kenaikan harga ini. Namun, di sisi lain, saya masih merasa ini juga akan cukup menyulitkan.
Kedua alasan di atas memang dapat digunakan untuk menolak kenaikan harga BBM, namun, bagi saya kedua alasan tersebut bukanlah alasan yang kuat. Seharusnya ada yang lebih esensial lagi untuk dapat diperjuangkan, tetapi saya belum menemukan itu. Mungkin Anda memiliki alasan yang kuat untuk menolak kenaikan harga BBM?
Komentar
Posting Komentar